BIOTEKNOLOGI

BIOTEKNOLOGI

 

Pernahkah saudara sadari bahwa makanan yang sering anda konsumsi seperti tempe, keju, tape, dan yogurt merupakan prodak hasil bioteknologi? Lantas muncul pertanyaan kenapa produk olahan tersebut dapat diategorikan sebagai produk hasil bioteknologi? Lalu sebenarnya apa itu bioteknologi?dan apa saja macam dari Bioteknlogi? Mari kita pelajari Bersama.

Bioteknologi berasal dari Bahasa Yunani yang terdiri dari kata Bio yang berarti hidup, teknos adalah teknologi dan logos adalah ilmu. Berdasarkan kata-kata tersebut banyak yang mendefinisikan bioteknologi. Pada prinspnya bioteknologi merupakan salah satu cabang dari ilmu biologi dan termasuk ilmu terapan. Penerapan bioteknologi digunakan sebagai sarana dalam memproduksi suatu barang atau bahan dengan bantuan agen hayati (mikroorganisme) yang dipadukan dengan teknologi tertentu untuk menghasilkan suatu produk berupa barang atau bahan yang dikehendaki. Pada tahun 1989 European Federation of Biotechnology mendefinisikan bioteknologi  sebagai multidisipliner ilmu yang memadukan ilmu pengetahuan alam dengan ilmu rekayasa yang bertujuan untuk meningkatkan pengaplikasian organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup atau analog molekuler untuk menghasilkan produk atau jasa.

Gambar 10.1 berbagai produk hasil bioteknologi

Menurut Yuwono (2012) Bioteknologi merupakan penerapan prinsip-prinsip biologi, biokimia, dan rekayasa dalam pengolahan bahan dengan memanfaatkan agen jasad hidup dan komponen-komponennya dengan tujuan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa yang diinginkan. Lebih lanjut menurut Minarno (2010) menyatakan bahwa bioteknologi merupakan sebuah aktifitas terpadu dari berbagai disiplin ilmu yakni biologi, mikrobiologi, genetika, kimia, biokimia serta teknologi yang mampu mendukung agen biologi agar dapat menghasilkan barang atau jasa yang dikehendaki. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat kita pahami bahwa bioteknologi merupakan penerapan dari proses modifikasi makhluk hidup dengan bantuan agen hayati serta didukung dengan penerapan teknik-teknik tertentu pada tiap tahapan modifikasi hingga menghasilkan suatu produk yang berupa bahan, barang atau jasa. Produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Pada proses penerapan bioteknologi terdapat komponen penting yang harus diperhatikan yakni objek yang akan dimodifikasi, agen hayati yang membantu dalam proses modifikasi, teknik yang digunakan dalam proses modifikasi. Jika tiga komponen tersebut terpenuhi maka akan terjadi proses modifikasi objek dan pada akhirnya akan menghasilkan prodak yang diinginkan dan dapat dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup lainnya (Gambar 10.2)

Bioteknologi sebenarnya bukan suatu hal baru dalam biologi. Pemanfaatan bioteknologii sudah diterapkan sejak hampir 10.000 tahun yang lalu oleh masyarakat diberbagai belahan dunia. Pemanfaatna bioteknologi dapat ditemui pada pemanfaatan mikroba dalam proses pengolahan bahan pangan. Selain itu bioteknologi juga dimanfaatkan dalam bidang pertanian dan peternakan. Bioteknologi semakin berkembang semenjak ditemukannya struktur DNA, sehingga berbagai penelitian terus dilakukan hingga sekarang bioteknologi semakin berkembang dan dimanfaatkan pada berbagai macam bidang kehidupan dan menandai adanya pergeseran dari bioteknologi konvensiaonal menuju kearah bioteknologi modern.

Bioteknologi Konvensional

Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme secara langsung dalam proses pengolahan produk. Prinsip bioteknologi konvensional sering dijumpai pada produk pengolahan pangan melalui proses fermentasi. Pada proses fermentasi memanfaatkan mikroorganisme tertentu untuk merubah objek (bahan mentah) menjadi sebuah produk olahan yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Fermentasi sendiri merupkan sebuah proses produksi energi tanpa oksigen atau biasa disebut anaerob. Lebih lanjut (Amin, 2009) menyatakan bahwasannya fermentasi merupakan proses yang memanfaatkan kemampuan organisme untuk menghasilkan metabolit primer dan metabolit sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan. Proses fermentasi merupakan bentuk penerapan dari bioteknologi tertua, dimana pada mulanya proses fermentasi digunakan untuk menunjukkan suatu proses pengubahan glukosa menjadi alkohol melalui proses anaerob (Gambar 10.3)

C6H12O6 + mikroorganisme à CH3-CH2-OH

Gambar 10.3 Mekanisme Bioteknologi Pada Proses Fermentasi Glukosa menjadi Alkohol

 

Proses Fermentasi pertama kali diteliti oleh oleh seorang ilmuwan yang bernama Louis Pasteur. Menurut Louis Pasteur proses fermentasi terjadi karena adanya makhluk hidup berukuran kecil yang dapat mengubah suatu zat menjadi senyawa lain. Apabila mikroorganisme tersebut tidak ada, maka proses fermentasi tidak akan berlangsung.berawal dari penelitian tersebut berkembanglah metode fermentasi yang banyak digunakan dalam proses pengolahan bahan menjadi suatu produk makanan atau minuman (Amin, 2009)

Pemanfaatn bioteknologi secara konvensiaonal tidak hanya pada bidang pengolahan pangan saja, namun diterapkan juga pada bidang pertanian, bidang peternakan, bidang lingkungan, serta bidang Kesehatan. Berikut contoh penerapan bioteknologi konvensional diberbagai bidang.

Bioteknologi Pangan

Bioteknologi konvensional utamanya banyak dimanfaatkan pada olahan pangan yang sering kita konsumsi setiap hari. Bisanya prodak olahan pangan memanfaat fermentasi pada proses pengolahannya. Beberapa prodak hasil fermentasi yang biasanya kita konsumsi sehari-hari diantaranya ada tempe, kecap dan yoguurt.

a. Tempe
Tempe merupakan salah satu makanan khas Indonesia yang sehari-harinya sering sekali kita jumpai dan kita konsumsi. Teknik dasar dalam pembuatan tempe ini menggunakan proses fermentasi yang dibantu oleh jamur Rhizopus oryzae dan Rhizopus oligosporus yang biasa disebut dengan ragi pada biji kedelai (Gambar 10.5). Pada proses pertumbuhan jamur akan muncul benang-benang halus yang disebut dengan hifa. Hifa ini lah yang menyebabkan ikatan antar biji kedelai dan membentuk struktur yang kompak. Pada waktu yang bersamaan, selain menghasilkan hifa, jamur juga menghasilkan enzim protease yang mampu untuk menguraikan protein kompleks pada biji kedelai menjadi asam amino yang nantinya akan lebih mudah dicerna oleh tubuh kita.

Gambar 10.4 Tempe dihasilkan dari proses fermentasi

Gambar 10.5 Proses Fermentasi Pada tempe

b. Kecap
Selain tempe ada juga kecap yang merupakan produk hasil bioteknologi. Seperti tempe, tahap awal dalam pembuatan kecap adalah dengan memfermentasikan kedelai dengan menggunakan jamur Aspergillus wentii. Selanjutnya kedelai yang sudah difermentasikan dikeringkan terlebih dahulu lalu kemudian direndam dalam larutan garam. Proses selanjutnya mengalami peragian yang kedua yakni melalui proses perendaman kedelai dalam larutan garam, sehingga pada tahap ini disebut dengan fermentasi garam. Selama proses pembuatan kecap, jamur Aspergillus wentii akan merombak protein menjadi asam amino, komponen rasa, asam serta memberikan aroma yang khas pada kecap.

Gambar 10.6 Kecap merupakan produk hasil fermentasi

Gambar 10.7  Proses Pembuatan Kecap

 

c. Yogurt
Proses fermentasi tidak hanya dapat digunakan pada produk olahan yang berasal dari kedelai. Selain kedelai, susu juga bisa digunakan sebagai bahan baku produk olahan bioteknologi. Susu yang difermentasikan akan menghasilkan produk olahan yang disebut dengan yogurt. Yogurt merupakan minuman hasil fermentasi susu dengan menggunakan bakteri Streptococcus thermophillus atau Lactobacillus bulgaricus. Pada proses fermentasi, bakteri tersebut akan merubah laktosa yang terkandung dalam susu menjadi asam laktat. Hasil dari proses fermentasi adalah pecahnya protein yang terkandung dalam susu yang menyebabkan susu menjadi kental. Hasil akhir dari proses fermentasi susu tersebut akan menghasilkan susu yang terasa asam dengan tekstur yang kental. Proses fermentasi pada susu ini biasa disebut dengan fermentasi asam laktat dengn hasil akhir berupa susu asam atau yogurt yang bias akita konsumsi sehari-hari.

Gambar 10.6 Yogurt merupakan produk hasil fermentasi  susu

Gambar 10.9  Proses Pembuatan Yogurt

Secara garis besar proses fermentasi pada produk olahan dijelaskan pada gambar 10.10 berikut ini,

Gambar 10.10   Proses Fermentasi

 

Bioteknologi Pertanian

Aplikasi Bioteknologi konvensional selain pada pengolahan bahan pangan juga dimanfaatkan pada bidang pertanian. Pengaplikasian bioteknologi yang sering kita jumpai pada tumbuhan adalah kultur jaringan, pembastaran dan hidroponik. Berikut penjelasan singkatnya….

a. Kultur Jaringan
Istilah kultur jaringan bagi segian orang pasti bukan sesuatu yang baru, lantas ap aitu sebenarnya kultur jaringan?. Kultur jaringan berasal dari perpaduan 2 kata yakni kultur yang berarti budidaya dan jaringan yang berarti sekelompok sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Berdasarkan dua kata tersebut kultur jaringan dapat diartikan sebagai proses pembudidayaan tanaman melalui pemanfaatan jaringan tanaman agar menghasilkan inidvidu baru yang memiliki sifat yang sama persis dengan induknya. Proses kultur jaringan dilakukan berdasarkan teori sel yang dikemukakan oleh Scleiden dan Schwann. Teori tersebut menyebutkan bawah tanaman memiliki kemampuan khusus yang disebut sebagai totipotensi. Totipotensi merupakan kemapuan setiap sel dari tumbuhan (bagian manapun yang akan diambil) jika ditempatkan pada medium atau lingkungan yang sesuai akan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Hasil kultur jaringan akan lebih baik jika menggunakan jaringan meristem dari tumbuhan. Jaringan meristem merupakan jaringan embrionik yang terdiri dari sel-sel yang terus membelah, menghasilkan sel-sel baru yang akan berdeferensiasi menjadi jaringan baru. Jaringan meristem memiliki struktur berdinding tipis, belum memiliki penebalan dari zat pektin, memiliki plasma yang penuh dan memilik vakuola yang kecil. Jaringan ini biasanya ditemui pada ujung-ujung akar dan batang tumbuhan.

Gambar 10.10   Proses Kultur jaringan Pada Tumbuhan (Pustekom Kemendikbud, 2016)

b. Pembastaran
Teknik budidaya tanaman selain kultur jaringan yang menggunakan prinsip bioteknologi konvensional adalah pembastaran atau hibridisasi. Pembastaran merupakan persilangan atau perkawinan dua individu tanamanan yang berbeda jenis (varietas) namun masih satu dalam satu famili. Pembastaran secara buatan bertujuan untuk menambah keragaman genetic baru pada tanaman dalam jumlah yang banyak dan menghasilkan kombinasi genetik dari para indukannya. Pembastaran merupakan cara pemuliaan tanaman yang sederhana, murah dan mampu menghasilkan tanaman dengan varietas unggul. Contohnya persilangan antara tanaman mangga x yang memiliki sifat buah besar namun rasanya asam dengan tanaman manga yang memiliki ukuran buah kecil namun memiliki rasa manis, maka nantinya akan dihasilkan tanaman buah manga yang menghasilkan tanaman buah manga yang memili buah manga dengan ukuran yang besar dan memiliki rasa yang manis.

Gambar 10.11   Proses Pembastaran Pada Tanaman

c. Hidroponik
Inovasi lain dari teknik bercocok tanam dapat dilakukan dengan menggunakan hidroponik. Saat ini hidroponik sering kita jumpai pada pembudidayaan tanaman. Lalu apa yang saudara pahami dari hidroponik? Hidroponik merupakan metode budidaya tanaman dengan memanfaatkan air sebagai media tumbuh tumbuhan. Hidroponik ditunjang dengan menyediakan media air tanpa media tanah dengan memenuhi kebutuhan nutrisi pada tanaman. Hidroponik dapat dilakukan secara sederhana dengan memanfaatkan pot bunga atau wadah lain yang sesuai sebagai tempat media. Untuk media selain air dapat pual menggunakan porus seperti pecahan genting, pasir kali, batu, spons, kerikil, sabut kelapa, arang kayu dan lain sebagainya. Contoh tanaman yang dapat ditanaman secara hidroponik sederhana adalah, bayam, kangkong, tomat, cabai, seledri dan pokcoy.

 

Gambar 10.12   Teknik Hidroponik Pada Tanaman

Bioteknologi Lingkungan

Bioteknologi juga dapat diterapkan pada lingkungan. Penerapan bioteknologi pada lingkungan dapat diaplikasikan pada proses remidiasi lingkungan. Remidiasi merupakan proses penggunaan mikroorganisme untuk menguraikan polutan pada lingkungan yang tercemar. Bioremidiasi terjadi saat enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme mengubah struktur kimia pada polutan. Proses bioremidiasi bisa juga disebut juga biotransformasi. Mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan dalam proses bioremidiasi diantaranya Pseudomonas, Bacillus, Moraxella, Acinetobactor, Burkholderia dan Alcaligenes. Mikroorganisme tersebut yang akan merombak unsur kimia dari polutan agar lebih ramah lingkungan. Polutan merupakan suatu zat atau komponen yang menjadi sumber polusi atau pencemaran. Zat-zat yang termasuk polutan diantaranya logam-logam berat (merkuri, stronsium, kadmium), petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, CFC, dan lain-lain. Proses pada bioremidiasi terjadi ketika mikroorganisme yang hidup didalam tanah atau air tanah memakan hidrokarbon atau minyak mentah. Selanjutnya setelah senyawa tersebut dimakan oleh mikroorganisme akan diproses dengan menguraikan senyawa minyak menjadi air dan gas yang tidak berbahaya dan aman bagi lingkungan.

Gambar 10.13  Bioremidiasi pada Lingkungan yang Tercemar

Bioteknologi Peternakan

Penerapan bioteknologi untuk menciptakan varietas baru yang unggul tidak hanya pada bidang pertanian tetapi diterapkan juga pada bidang peternakan. Prinsip penyilangan hamper sama dengan tumbuhan, yakni dengan mengawinkan indukan yang berbeda jenis namun masih dalam satu spesies/famili. Tiap indukan memiliki keunggulan gen yang berbeda akan disilangkan/dikawinkan sehingga akan menghasilkan anakan dengan varietas baru yang memiliki keragaman gen dari dua indukannya.

Gambar 10.13  Perkawinan silang pada sapi akan menghasilkan varietas baru pada sapi

 

Bioteknologi Kesehatan

Aplikasi bioteknologi konvensional pada bidang kesehatan sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu namun terkadang masih digunakan sampai sekarang. Contoh penerapan bioteknologi konvensional pada bidang medis untuk merawat penyakit yakni dengan menggunakan lintah. Pengobatan menggunakan lintah dilakukan dengan cara membiarkan lintah menyedot darah pasien. Hal tersebut dipercaya dapat menghilangkan darah yang sudah terjangkit penyakit. Namun saat ini setelah diteliti lebih lanjut ternyata ditemukan suatu enzim pada kelenjar saliva lintah. Enzim tersebut disebut calin yang mampu menghancurkan gumpalan darah dimana gumplan darah jika dibiarkan akan menyebabkan penyumbatan darah dan mengakibatkan strok atau serangan jantung. Selain itu pada saliva linta juga mengandung zat hirudin untuk meghambat pembekuan darah, histamine berfungsi untuk memperlebar pembeuluh darah untuk menyalurkan zat hirudin, Carboxypeptidase A Inhibitor berfungsi untuk memperlancar aliran darah, serta kolagen berfungsi untuk mengendalikan dan merawat trombosit. Pengobatan dengan memakai lintah tentunya harus dibawah pengawasan para ahli dan ada dosis tertentu dalam penggunaannya.

 

 

Gambar 10.13  Pengobatan tradisional dengan menggunakan lintah

Bioteknologi Modern

Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuanpun terus berkembangkan turut menciptakan hal-hal baru yang bermanfaat bagi manusia. Begitu juga dengan bioteknologi konvensional menuju ke bioteknologi modern. Dalam prosesnya terdapat perkembangan teknologi yang terus berinovasi sehingga mampu menciptakan hal-hal baru diberbagai bidang kehidupan. Perkembangan bioteknologi konvensional menuju ke bioteknologi modern ditandai dengan adanya peningkatan efisiensi yang tentunya berbanding lurus dengan adanya peningkatan biaya. Peningkatan efisiensi berhubungan dengan kemajuan teknologi yang digunakan dalam penerapan teknik pengaplikasian bioteknologi. Semakin canggih teknologi yang digunakan dalam proses bioteknologi maka semakin besar pula biayanya.

Disisi lain seiring dengan berkembangnya zaman, taraf hidup masyarakat juga semakin berkembang. Hal ini turut mempengaruhi pengadaan kebutuhan sehari-hari yang terus meningkat, sehingga perlu adanya solusi untuk mengatasi permasalahn yang nantinya akan timbul terutama dalam bidang pangan dan kesehatan. Agar dapat menciptakan sesuatu yang lebuh berkualitas dengan jumlah produksi yang tinggi, bioteknologi konvensional tidak akan dapat memenuhinya oleh karena itu pengolahan bidang pangan dan bidang Kesehatan mulai bergeser menuju opyimalisasi penggunaan bioteknologi modern. Pada bioteknologi modern manusia berusaha untuk menghasilkan suatu produk salam jumlah yang besar secara efektif dan efisien, tentunya dengan menggunakan peralatan yang canggih. Dalam bioteknologi modern selain menggunakan mikroorganisme sebagai agennya, juga dapat menggunakan bagian-bagian dari tubuh mikroorganisme, tumbuhan maupun hewan.  

Organisme Transgenik
Perkembangan masyarakat yang pesat berdampak pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang terus meningkat. Melalui bioteknologi modern yang diterapkan pada produksi pangan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarat yang terus meningkat. Untuk meningkatkan produksi pangan dilakukan dengan menerapkan teknik rekayasa genetik. Rekayasa genetik adalah kegiatan manipulasi gen untuk mendapatkan produk baru dengan cara membuat DNA baru. Manipulasi materi genetik dapat dilakukan dengan cara menambah atau menghilangkan gen tertentu. Salah satu produk hasil rekayasa genetik adalah dengan membuat organisme transgenik.   Melalui teknik rekayasa genetik, para ahli bidang bioteknologi dapat menyusun pola gen sedemikian rupa sehingga menghasilkan organisme yang sifat-sifatnya sesuai dengan kebutuhan. Teknik ini dikenal juga dengan istilah DNA rekombinan, yaitu proses mengkombinasikan DNA suatu organisme ke organisme lain. Pengaturan pola genetik ini melibatkan penggunaan gen organisme lain yang disisipkan ke pita DNA organisme tertentu. Organisme yang menggunakan bagian gen organisme lain di dalam tubuhnya dikenal dengan istilah organisme transgenik.  

Pada proses DNA rekombinan, yang diinginkan dapat diambil dari berbagai agen yang memiliki sifat unggul, diantaranya gen berasal dari tumbuhan, hewan, cendawan dan bakteri. setelah didapatkan gen yang diinginkan maka gen tersebut akan diperbanyak melalui teknik perbanyakanan gen yang disebut kloning gen. Pada proses pengkloningan gen, DNA yang diinginkan akan dimasukkan kedalam vector cloning (agen pembawa DNA). Contohnya adalah plasmid (merupakan DNA yang digunakan untuk transfer gen). Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel target (Gambar 10.16)

Teknik DNA rekombinan diterapkan pada bidang pertanian dan menghasilkan tanaman transgenik. Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah mengalami perubahan susunan informasi genetik dalam tubuhnya, karena adanya penyisipan gen lain dalam tubuh tanaman tersebut. Biasanya bagian tumbuhan yang disisipi gen vector adalah bagian daun. Transfer gen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan listrik). Tanaman transgenic merupakan salah satu alternatif solusi agar tanaman than terhadap hama sehingga dapat berdampak pada peningkatan hasil panen. Bahkan adapula tanaman yang direkayasa agar mampu membunuh sendiri hama yang menyerangnya. Selain itu dengan rekayasa mampu menghasilkan tanaman yang buahnyantidak mudah busuk dan tahan herbisida.

Gambar 10.14  Proses pembuatan tanaman transgenik

Transgenik tidak hanya diterapkan pada bidang pertanian tapi juga pada bidang peternakan. Tidak jauh berbeda dengan tumbuhan transgenih, hewan transgenik merupakan hewan yang sudah mengalami perubahan pada susunan informasi genetiknya karena disisi dengan gen vaktor dalam tubuhnya. Adanya hewan transgenic ini menghasilkan hewan yang mampu memproduksi susu dan daging yang berkualitas, ikan yang cepat besar serta mengandung vitamin tertentu dan lain sebagainya. Selain itu dengan adanya rekayasa genetika dapat menghasilkan hewan yang tahan terhadap penyakit dan berbagai jenis vaksin untuk hewan untuk mengatasi dan mengobati penyakit pada hewan terutama yang diternakkan.

Gambar 10.14  Proses pembuatan hewan transgenik

 

Gambar 10.16  Pemanfaatan bakteri dan penysipan DNA interes ke dalam plasmid pada metode kloning DNA. (Reece, et al., 2011)

 

Kloning Dan Bayi tabung
Selain menghasilkan produk transgenic yang dapat dimanfaatkan dalam bidang pertanian dan peternakan, rekayasa genetika juga dianfaatkan dalam pengkloningan. Penerapan cloning sampai saat ini masih menjadi kontroversi bagi beberapa pihak. Namun taukah saudara apa itu sebenarnya kloning? Kloning adalah suatu proses  menghasilkan individu individu baru secara aseksual yang memiliki sifat genetic yang sama persis dengan indukannya. Di alam, proses  pengkloningan terjadi secara alami pada organisme aseksual, misalnya bakteri.  Bakteri  bereproduksi dengan cara membelah diri. Bakteri menyalin susunan materi genetiknya dengan sama persis dan membelahnya sehingga bisa menjadi bakteri baru yang identik. Inilah mengapa bakteri selalu terlihat sama tidak seperti manusia yang berbeda walaupun dari ayah dan ibu yang sama. Tujuan dari cloning sendiri adalah untuk menghasilkan individu baru yang secara fisik maupun genetic sama persis dengan indukannya. jika klon diterapkan pada organisme unggul, maka digunakan untuk mempertahankan sifat unggul organisme tersebut.

Gambar 10.17  Proses Kloning pada Domba Dolly

Mengetahui  proses pengkloningan pada hewan, muncul pertanyaan apakah prinsip pengkloningan sama dengan prinsip dalam pembuatan bayi tabung? Perkembangan berbagai teknik pada bidang kedokteran melahirkan inovasi baru  yang disebut dengan bayi tabung. Bayi tabung merupakan  sebuah solusi program kehamilan bagi pasangan suami istri yang  ingin memiliki anak namun mengalami masalah kesuburan.  Seperti istilahnya, proses bayi tabung terjadi diluar tubuh  si ibu. Proses pembuahan antara sel telur dan sel sperma dilakukan secara in vitro  dan biasa disebut in vitro  fertilization (IVF).  Pembuahan tersebut  bertujuan untuk  menciptakan embrio-embrio  calon  bayi dimana nantinya  embrio  yang terpilih akan  diimplankan kedalam Rahim si ibu. Proses  bayi tabung sangatlah sulit dan membutuhkan ketelitian yang tinggi sehingga biaya  untuk bayi tabung ini memang cukup relative mahal. Jadi perlu diketahui bahwa antara cloning dan bayi tabung itu berbeda. Perbedaan kloning dengan bayi tabung adalah embrio yang ditanam dalam rahim ibu pada proses bayi tabung berasal dari proses pembuahan sel telur dan sel sperma. Sedangkan, para proses kloning, embrio yang ditanam dalam rahim berupa klon (copy) dari materi genetik dewasa yang berkembang menjadi embrio klon

Gambar 10.17  Proses Bayi Tabung

Selain menghasilkan organisme transgenic, kloning dan bayi tabung, bioteknologi modern juga dimanfaatkan pada proses kultur sel, steam cell serta kepentingan forensic. Teknik-teknik tersebut bermanfaat untuk budidaya tanaman, untuk pengobatan dan untuk kepentingan investigasi. Tentunya proses-proses tersebut akan menghasilkan prodak atau jasa yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Namun seberapapun canggihnya sebuah teknologi pada penerapan bioteknologi modern, tetap memiliki batasan dalam penerapannya. Sehigga terdapat kode etik dalam penerapan berbagai teknik pada bioteknologi modern. Hal ini untuk melindungi batasan tertentu agar tidak melanggar norma yang ada didalam masyarakat.

 

 

0 Komentar