BIOSISTEMATIKA

BIOSISTEMATIKA

Biosistematika adalah suatu cabang Biologi yang mempelajari keanekaragaman organisme dan hubungan kekeberatan antar organisme kehidupan (Campbell dkk, 2009; Simon dkk, 2013). Keanekaragaman organisme atau biodiversity adalah keseluruan variasi makhluk hidup yang terjadi karena adanya variasi gen, spesies, dan ekosistem  pada suatu individu (Harper dan Hawksworth, 1994). Tinjauan umum biosistematika mencakup kajian tentang taksonomi, sistematika dan klasifikasi. Taksonomi mencakup beberapa tahapan antara lain 1) klasifikasi/pengelompokkan individu menjadi suatu kelompok takson yang selanjutnya akan digolongkan dalam kategori kelompok makhluk hidup tertentu; 2) pengelompokkan individu dilakukan berdasarkan hasil identifkasi dan pemberian nama takson di dasarkan pada aturan penaaman internasional.Seorang ilmuwan Thomas Cavalier-Smith pada tahun 2004, mengelompokkan dan mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 6 kingdom yaitu 1) Eubacteria, 2) Archaebacteria, 3) Protista, 4) Fungi, 5) Plantae, dan 6) Animalia.

Gambar 3.1 Contoh Keanekaraganaman Genetik (Sumber: Simon dkk, 2013)

Biodiversitas / Keanekaragaman Hayati

Biodiversitas/keanaekaragaman hayati merupakan keanekaragaman makhluk hidup yang menunjukkan adanya variasi gen, spesies, dan ekositem pada suatu makhluk hidup di daerah tertentu. Keanekaragaman terbagi menjadi tiga yaitu keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem (Harper dan Hawkworth, 1994). Kenekaragaman dapat terjadi akibat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik atau faktor keturunan adalah sifat dari makhluk hidup itu sendiri yang diperoleh dari induknya. Faktor genetik ditentukan oleh gen atau pembawa sifat. Faktor lingkungan adalah faktor dari luar makhluk hidup yang meliputi lingkungan fisik, lingkungan kimia, dan lingkungan biotik. Lingkungan biotik misalnya suhu, kelembapan cahaya, dan tekanan udara. Lingkungan kimia misalnya makanan, mineral, keasaman, dan zat kimia buatan. Lingkungan biotik misalnya mikrooaganisme, tumbuhan, hewan, dan manusia. Keanekaragaman makhluk hidup dapat terbentuk karena perkawinan (persilangan) dan kondisi lingkungan.

Keanekaragaman genetik adalah variasi dalam suatu spesies yang terlihat dari adanya variasi genetik (unit pewarisan sifat yang diwariskan ke satu generasi ke generasi lainnya) di dalam suatu spesies, varietas, subspsesies atau keturunan tertentu, hal ini bisa terjadi karena adanya percampuran gen yang berbeda pada  satu spesies sehingga bisa menampilkan ciri fenotip yangberbeda pada organisme lain walaupuan dari spesies yang sama. Contohnya variasi genetik pada anjing, dengan memiliki ciri fenotip (warna bulu) yang berbeda. Keanekaragaman Spesies adalah variasi makhluk hidup dibuni, dan diukur dengan jumlah seluruh spesies di bumi pada daerah tertentu. Adanya keanekaragaman spesies menimbulkan adanya perbedaan jenis spesies pada suatu daerah tertentu (Krishnamurthy, 2003)

Gambar 3.2 Variasi Genetik dalam Satu Spesies (Sumber: http://overharvesting123.weebly.com/)

Gambar 3.3 Keanekaragaman Spesies (Sumber: http://overharvesting123.weebly.com/)

Keanekaragaman ekosistem berkaitan dengan keanekaragaman dan kompleks-kompleks berkaitan dengan habitat spesies. Ekosistem sendiri merupakan suatu satuan lingkungan, yang terdiri dari unsur-unsur biotik, yaitu jenis-jenis makhluk hidup, serta unsur abiotik, yaitu faktor-faktor fisik (iklim, air, tanah) dan kimia (keasaman, salinitas) yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Bentangan bumi yang luas, dengan susunan daratan dan lautan yang tidak seragam, menyebabkan timbulnya keanekaragaman serta kisaran keadaan iklim yang berbeda-beda. Dengan demikian, dapat dimengerti jika perpaduan antara tanah dan iklim yang beraneka ragam, letak geografi yang membentang luas, serta jenis-jenis makhluk hidup yang sangat beragam, akan menyebabkan ekosistem yang terbentuk juga beraneka ragam. Keanekaragaman ekosistem dapat berupa berbagai ekosistem, seperti ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem tundra, ekosistem taiga dan ekosistem kutub (William, 1989).

Gambar 3.4 Contoh Keanekaraganaman Ekosistem (Sumber : Simon dkk, 2013)

Prinsip Dasar Sistem Klasifikasi

Klasifikasi merupakan suatu cara sistematis dalam mempelajari suatu objek makhluk hidup, dengan memperhatikan persamaan dan perbedaan ciri dan sifat yang nampak pada makhluk hidup. Klasifikasi dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan  ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis agar mudah dikenal, mengetahui hubungan kekerabatan antarmakhluk  hidup serta mempelajari evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya. Secara umum klasifikasi dapat diartikan sebagai suatu proses menggolong-golongkan sesuatu berdasarkan aturan tertentu (Wahyuningsih, dkk, 2011).

Klasifikasi dilakukan melalui beberapa tahapan antara lain; 1) Pencandraan sifat-sifat makhluk hidup/ identifikasi ciri-ciri organisme. Identifikasi ini dilakukan dengan melakukan pengamatan ciri-ciri morfologi, anatomi, dan fisiologi bagian-bagian tubuh yang mudah diamati; 2) Pengelompokkan berdasarkan ciri yang diamati, setelah dilakukan identifikasi ciri dan sifatnya selanjutnya dilakukan pengelompokkan berdasarkan ciri atau sifat organisme; 3) Pemberian nama, pemberian nama sesuai dengan takson berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki (Wahyuningsih, dkk, 2011).

Organisme akan diklasifikasikan berdasarkan tingkat persamaan dan perbedaaan ciri. Ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi makhluk hidup adalah taksonomi. Organisme akan diklasifikasikan berdasarkan kelompok-kelompok takson(jamak=taksa). Banyak dan sedikitnya persamaan atau perbedaan ciri antar anggota suatu kelompok makhluk hidup akan menentukan jenjang takson dan juga menunjukkan tingkat kekerabatannya. Kelompok makhluk hidup yang anggotanya  memiliki  sedikit persamaan berada pada takson yang lebih tinggi dibandingkan kelompok makhluk hidup yang anggotanya memiliki banyak persamaan. Semakin sedikit persamaan ciri antara makhluk hidup, semakin jauh kekerabatannya. Ada delapan tingkatan takson yang akan digunakan dalam mengklasifikasi organisme antara lain; Kingdom, Phylum, Class, Order, Family, Genus, dan Spesies. Pengelompokkan organisme akan disusun sesuai dengan tingkatan takson, yang disusun dari yang paling rendah yaitu spesies ke tingkatan paling tinggi yaitu kingdom (Gunstream,dkk. 2012).

Kingdom (kerajaan), tingkatan takson ini merupakan tingkatan tertinggi. Philum atau devisio, merupakan tingkatan takson yang merupakan kumpulan beberapa kelas yang memiliki persamaan ciri. Filum digunakan untuk menunjukkan takson hewan, sedangkan hewan digunakan untuk menunjukkan takson tumbuhan. Class (kelas), merupakan tingkatan takson yang terdiri dari beberapa ordo yang memiliki persamaan ciri, contoh Ordo  Carnivora, ordo Rodentia (binatang pengerat,  misal tikus), ordo Primata (bangsa kera), ordo Chiroptera (bangsa kelelawar),  dan ordo Insektivora  mempunyai  ciri-ciri yang sama,  yaitu melahirkan anak, mempunyai kelenjar susu serta menyusui anaknya sehingga dimasukkan dalam satu kelas, yaitu Mamalia. Ordo (bangsa) merupakan takson yang merupakan kumpulan beberapa famili yang memiliki persamaan ciri. Famili (suku) merupakan ttingkatan takson yang terdiri dari beberapa genus atau marga. Ketentuan  untuk nama takson tingkat suku ialah terdiri atas satu kata, dibentuk dari salah satu nama takson  tingkat marga yang dibawahi dan dipilih sebagai tipe tata  namanya ditambah dengan akhiran -aceae, tidak dicetak miring. Untuk hewan, dibentuk dengan cara,  seperti pada tumbuhan,  yaitu dari nama takson tingkat marga yang dipilih sebagai tipenya ditambah dengan akhiran –idea. Genus (marga) merupakan tingkatan takson yang terdiri dari beberapa spesies yang memiliki kesamaan ciri, misalnya, bawang merah (Allium cepa) dan bawang putih (Allium  sativum)  merupakan dua spesies berbeda, namun masih dalam satu genus yaitu Allium. Spesies (jenis) merupakan tingkatan takson terendah serta unit dasar dari klasifikasi. Organisme dimasukkan dalam satu spesies yang sama jika organisme tersebut dapat melakukan perkawinan alami dan menghasilkan keturunan yang fertil artinya keturunan yang dihasilkan dapat kawin sesamanya dan dapat menghasilkan anak.

Pada proses pengklasifikasian makhluk hidup perlu adanya proses identifikasi. Identifikasi merupakan yang dilakukan untuk menentukan atau mengetahui identitas dari suatu jenis organisme. Ada beberapa metode yang dapat kita gunakan untuk mengetahui identitas suatu jenis organisme, di antaranya dengan konfirmasi langsung kepada ahlinya, mencocokkan dengan spesimen, atau dengan menggunakan suatu instrumen yaitu kunci identifikasi atau kunci determinasi. Kunci determinasi tersebut merupakan serangkaian pertanyaan yang dapat menggiring kita sehingga dapat mengetahui nama dari jenis organisme yang ingin kita ketahui identitasnya. Kunci determinasi merupakan cara atau langkah untuk mengenali organisme dan mengelompokkannya pada takson makhluk hidup. Kunci determinasi adalah uraian keterangan tentang ciri-ciri makhluk hidup yang disusun berurut mulai dari ciri umum hingga ke ciri khusus untuk menemukan suatu jenis makhluk hidup. Kunci determinasi yang paling sederhana ialah kunci dikotom. Kunci dikotom berisi keterangan yang disusun berpasangan dan menunjukkan ciri yang berlawanan. Untuk lebih jelasnya coba perhatikan contoh kunci determinasi pada Gambar 3.5 (Wahono dkk., 2016).

           Gambar 3.5 Contoh Penggunaan Kunci Determinasi Sumber : (Wahono dkk., 2016).

Tata Nama Ilmiah (Binomial Nomenklatur)

Penamaan suatu organisme di berbagai daerah menimbulkan adanya penyebutan nama yang beranekaragam di setiap daerah, misalnya, babi hutan di Jawa Barat disebut bagong, sedangkan di Jawa Timur dan Jawa Tengah disebut celeng, bagi orang dari Jawa Tengah bagong merupakan salah seorang tokoh  pewayangan kelompok Semar. Jadi,  jauh sekali pengertiannya dengan babi hutan. Dengan adanya hal-hal seperti itu, maka para ahli taksonomi menciptakan suatu sistem  tata nama  yang mantap, praktis,dan dapat digunakan secara universal, selain itu untuk memudahkan dalam komunikasi  maka  dibuatlah suatu aturan dan bahasa yang dimengerti agar tidak menimbulkan kebingungan.

Carolus Linnaeus (1707-1778) adalah seorang ilmuwan Swedia yang meneliti tentang tata cara penamaan dan identifikasi organisme (Systema Naturae) yang menjadi dasar taksonomi modern.  Untuk  menyebut nama makhluk hidup, C. Linneaus menggunakan sistemtata nama ganda, yang aturannya sebagai berikut 1) Nama spesies terdiri atas dua kata, kata pertama adalah nama genus dan kata kedua adalah penunjuk spesies; 2) Kata pertama diawali dengan huruf besar dan kata kedua dengan huruf kecil; 3) Menggunakan bahasa Latin atau ilmiah atau bahasa yang dilatinkan, yaitu dengan dicetak miring atau digaris bawahi secara terpisah untuk nama genus dan nama spesiesnya; 4) Jika nama takson tingkat jenis untuk tumbuhan terdiri atas dua kata makakata kedua dan berikutnya harus disatukan atau ditulis dengan tanda hubung, misalnya Hibiscus rosasinensis atau Hibiscus rosa-sinensis; 5) Untuk nama pencipta  atau  orang  yang pertama mempublikasikan nama ilmiah suatu organisme, nama pencipta dapat dicantumkan.Misalnya: Cancer pagurus Linneaus, Nama genus adalah  Cancer, nama penunjuk spesies adalah  pagurus, Pengidentifikasian pertama kali dilakukan oleh Linneaus  maka  nama  ilmiahnya dapat ditulis, Cancer pegurus Lin atau Cancer pegurus L (Eugene P. Odum, 1994).

Nama ilmiah suatu organisme terdiri dari dua kata, yaitu nama genus dan nama spesiesnya contohnya pada nama ilmiah manusia dengan nama ilmiah Homo Sapiens, dengan tingkatan nama pada setiap takson seperti pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Contoh Tingkatan Takson pada Homo sapiens (Sumber : Gunstream,dkk. 2012)

Perkembangan Sistem Klasifikasi (6 kingdom)

Pada beberapa sumber mengatakan bahwa tingkatan tertinggi dalam suatu takson adalah domain, yang terdiri dari organisme eukariotik dan prokariotik. Namun didasarkan pada penelitian tentang urutan nukleotida di RNA ribosom pada organisme prokariot., ternyata organisme prokariot terdiri dari dua kelompok organisme yang berbeda yaitu organisme Archaebacteria yang memiliki biokimia yang tidak biasa dan organisme eubacteria (Gunstream,dkk. 2012).

Gambar 3.7 Domain Bacteria, Archaebacteri, dan Domain Eukaryta (Sumber : Gunstream,dkk. 2012)

Klasifikasi spesies memungkinkan pembagian makhluk hidup menjadi kelompok yang lebih kecil dan lebih terspesialisasi sehingga dapat memudahkan kita untuk mengenalinya. Makhluk hidup ini kemudian diklasifikasikan menjadi 6 kingdom, yaitu: Archaebacteria, Eubacteria, Protista, Fungi, Plantae dan Animalia (Gunstream,dkk. 2012).

Kingdom Archaebacteria

Archaebacteria, merupakan mikroorganisme bersel tunggal, organisme prokariotik, dinding sel bukan peptidoglikon, dan secara biokimia berbeda dengan eubacteria. Bersifat metanogen, anaerob, dan dapat ditemukan pada tempat kotor, sistem pencernaan hewan, halofil ekstrem, menempati lingkungan bergaram, termoplek pada tempat panas, serta juga dapat ditemukan di lingkungan. Struktur RNA nukleotida archaebacteria lebih dekat dengan RNA eukariotik dari pada RNA bakteri (Nugroho & Sumardi, 2004).

Kingdom Eubacteria

Eubacteria merupakan organisme prokariotik, tidak mempunya inti dan organel yang bermembran, uniseluler dan bersifat mikroskopik, dinding sel tersusun dari peptidoglikon. Membentuk koloni, sebagai dekomposer, parasitik dan patogenik, beberapa spesiesnya bersifat kemosintetik autotrof, beberapa bersifat fotosintetik, ada yang berperan penting pada daur nitrogen dan daur lainnya. Dapat ditemukan hampir diseluruh permukaan bumi (Nugroho & Sumardi, 2004). Sel bakteri menunjukkan tiga bentuk; 1) basil (bentuk seperti batang); 2) kokus (bentuk bulat); 3) spirillum (bentuk spiral) dan beberapa bakteri berflagel yang digunakan untuk bergerak (Gunstream,dkk. 2012).

Gambar 3.8 A) Bakteri Berbentuk Basil; B) Bakteri Berbentuk Cocus; C) Bakteri Berbentuk Spiral (Sumber : Gunstream,dkk. 2012)

Archaebacteriadan Eubactaria walaupun sama-sama organisme prokariotik, ternyata memiliki beberapa perbedaan, yang di jelaskan pada Tabel 3.1

3.1 Tabel Perbedaan Archaebacteria dan Eubacteria (Sumber, Panawa, 2017)

Perbedaan

Archaebacteria

Eubacteria

Ukuran

berdiameter 0,115 μm

berdiameter 0,55 μm

Bentuk

berbentuk bola, batang, pelat,

spiral, datar atau berbentuk persegi

berbentuk kokus, basil, vibrio,

batang, filamen atau spirochetes

Habitat

ditemukan di lingkungan yang ekstrem

ditemukan di mana-mana di bumi

Dinding Sel

terdiri dari pseudo peptidoglikan

terdiri dari peptidoglikan dengan asam muramat

Lipid membran

rantai alifatik, bercabang, terikat eter, mengandung D-gliserol fosfat

rantai lurus asam lemak yang terkait

dengan ester, mengandung L-gliserol fosfat

RNA Polimerasi

terdiri dari pola subunit kompleks, yang mirip dengan RNA polimerase eukariotik

terdiri dari pola subunit sederhana

RNA Tranfer

tidak ada timin di lengan TψC tRNA, membawa metionin

terdapat timin di sebagian besar tRNA, membawa N-formyl methionine

Reproduksi

aseksual seperti pembelahan biner, tunas dan fragmentasi

pembelahan biner, tunas & fragmentasi, serta mampu menghasilkan spora agar tetap tidak aktif selama kondisi yang tidak menguntungkan

Jenis

metanogen, halofil, dan termofil

gram positif dan gram negatif

Contoh

Halobacterium, Lokiarchaeum, Thermoproteus, Pyrobaculum, Thermoplasma dan Ferroplasma

Mycobacteria, Bacillus, Sporohalobacter, Clostridium dan Anaerobacter

Kingdom Protista

Protista, protista disebut juga sebagai organisme eukariot pertama atau paling sederhana. Kingdom protista bersifat polifiletik, dimana anggotanya berasal dari berbagai jenis nenek moyang, diantaranya prostista mirip hewan (protozoa), protista mirip tumbuhan (algae) dan protista mirip jamur. Ciri-ciri umum dari kingdom protista adalah merupakan organisme eukariotik, ada yang uniselular dan ada pula yang multiselular, dan umumnya bersifat aerob. Protozoa dan algae berhabitat di perairan, baik air tawar, payau maupun air laut. Sedangkan protista mirip jamur habitatnya di kayu busuk, batang pohon, dan pada tempat yang basah/lembab (Rothschild, 1989; Finlay, 2004; Hariyani, Slamet, & Santri, 2017). Protozoa, merupakan organisme protista mirip hewan yang memiliki ciri; organisme eukariotik, tidak memiliki dinding sel, dan biasanya bersifat motil. Sebagian besar protozoa merupakan organisme heterotrof yang menelandan mencerna makanan melalui vakuola. Beberapa organisme protozoa akan menyerap nutrisi melalui membran sel atau bersifat parasit pada organisme lain. Sebagian besar protozoa berhabitat di air, untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuhnya, terdapat vakuola kontraktil yang berfungsi untuk mengumpulkan dan memompa kelebihan air. Berdasarkan alat geraknya protozoa di bedakan menjadi 4 filum yaitu Rhizopoda, Ciliata, Flagellata, dan Sprorozoa

Gambar 3.9 Beraneka Macam Protozoa a) Amoeba proteus; b) Peranema tricophorum; c) Paramecium; d) Plasmodium vivax (Sumber : Gunstream,dkk. 2012)

Kingdom Alga / Ganggang

Alga, merupakan organisme protozoa mirip hewan, yang bersifat fotosintetik dan memiliki klorofil a. Tubuhnya mengandung pigmen warna coklat dan merah. Terdiri dari 7 filum yaitu: Dinoflagellata, Chrysophyta, Bacillariophyta, Euglenophyta, Chlorophyta, Phaeophyta, dan Phodophyta.

Gambar 3.10 Contoh Alga (Euglena,Volvox,Callithamnion) (Sumber : Gunstream,dkk. 2012)

Kindom Fungi

Fungi atau jamur merupakan organisme eukariotik yang hidup pada tempat-tempat yang lembap, air tawar, tempat yang asam, sedikit yang hidup di perairan laut, dan adapula yang bersimbosis dengan Algae hingga membentuk lumut kerak (lichenes). Adapun ciri-ciri morfologi jamur dijabarkan sebagai berikut (Petersen, 2013; Webster & Weber 2007; Stajich & others, 2019); a) Jamur tidak memiliki klorofil, hal inilah yang menyebabkan jamur tidak dikelompokkan pada kingdom Plantae; b) Sebagian besar jamur bersifat heterotrofik (mencerna makanan dengan enzim yang disekresikan), ada juga yang bersifat saprofit (menyerap bahan organik terlarut dari substrat mati); c) Memiliki dinding sel yang terbuat dari kitin dan polisakarida; d) Umumnya multiseluler; e) Tubuh terdiri dari struktur seperti benang yang panjang dan ramping disebut hifa,f) Jaringan hifa dikenal sebagai miselium.

Jamur bereproduksi dengan 3 cara yaitu;1. Reproduksi Vegetatif, melibatkan proporsi somatik dari thallus jamur di mana individu baru terbentuk tanpa produksi biji atau spora melalui meiosis atau syngamy(pembuahan). Reproduksi vegetatif dapat dilakukan dengan cara Fragmentasi, Fission(pembelahan spontan), Budding (pembentukan tunas),Oidia(spora), Chlamydospores (sel-sel hifa), Rhizomorphs(serupa akar atau tali miselium), Sclerotia(massa kompak miselium jamur yang mengeras dan mengandung cadangan makanan); 2. Reproduksi Aseksual, terjadi dengan pembentukan sel reproduksi khusus yang disebut spora. Setiap spora berkembang menjadi miselium baru. Spora ini diproduksi sebagai hasil mitosis pada sel induk dan karenanya disebut mitospora. Mitospora yang dihasilkan jamur terdiri dari:a. Sporangiospores, hifa yang tumbuh tegak pada permukaan substrat dan memiliki kotak spora (sporangium). Sporangiospora ada yang motil dan ada yng non-motil; b. Zoospores, spora motil (karena memiliki flagel) dan tidak memiliki dinding sel, c. Conidiophores, hifa pada jamur yang khusus menyangga konidia, dan bersifat non-motil;3. Reproduksi Seksual, melibatkan fusi dua sel kelamin yang kompatibel atau gamet dari strain yang berlawanan. Organ kelamin jamur disebut gametangia. Gametangia jantan disebut antheridia dan yang betina ascogonia. Reproduksi seksual melibatkan tiga fase, yaitu: a) Plasmogamy, penyatuan protoplas hifa atau sel reproduksi, satu dari jantan dan satu dari betina untukmenghasilkan inti dari dua induk yang berdekatan sebagai satu pasangan.b) Karyogamy, Fusi dua inti yang terjadi pada fase berikutnya (setelah plasmogamy), dan c) Meiosis, proses pembelahan yang terjadi setelah karyogamy dan menghasilkan empat spora yang berbeda secara genetik.

Berdasarkan struktur hifa dan cara reproduksinya, jamur/fungi diklasifikasikan menjadi; 1) Zygomycota, merupakan kelompok jamur yang membentuk spora istirahat berdinding tebal yang dikenal dengan zigospora. Umumnya jamur ini bersifat saprofit. Sel nya terdiri dari banyak inti sel dengan hifa yang tidak bersekat; 2) Ascomycota, jamur jenis ii umumnya multiseluler, namun ada beberapa yang uniseluler. Bersifat saprofit, pengurai, parasit atau koprofil. Miselium bercabang dan terpisah. Dinding selnya terdiri dari zat kitin. Spora aseksual adalah konidia yang diproduksi secara eksogen pada miselium khusus yang disebut konidiofor, spora seksual disebut askospora; 3) Basidiomycota, sebagian besar merupakan jamur makroskopik, memiliki badan buah,  miselium bercabang dan terpisah. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi. Reproduksi seksual dengan membentuk basidiosporan; 4) Deuteromycota, dikenal sebagai jamur tidak sempurna karena hanya memiliki fase aseksual atau vegetatif. Deuteromycetes berkembang biak hanya dengan spora aseksual yang dikenal sebagai konidia. Sebagian besar jamur jenis ini bersifat parasit (Petersen, 2013).

Gambar 3.11 Klasifikasi Jamur 1) Zygomycota; 2) Ascomycota; 3) Basidiomycota; 4) Deuteromycota (Sumber : Gunstream,dkk. 2012)

Kingdom Plantae

Plantae atau tumbuhan, merupakan organisme eukariotik fotoautotropik dan multiselular. Umumnya berhabitat di darat, perkembangbiakan secara seksual dan aseksual (Nugroho & Sumardi, 2004). Memiliki dinding sel yang terbuat dari selulosa, menggunakan klorofil untuk fotosintesis. Pada umumnya plantae hidup di darat. Perkembangbiakannya bisa secara kawin dan tidak kawin. Memiliki zat warna/kloroplas yang berisi klorofil/ makhluk autotroph. Kingdom plantae terbagi memjadi 3 kelompok yaitu: a) Lumut / Bryophyta, b) paku-pakuan / Pteridophyta, dan c) tumbuhan biji /Spermatophyta.

             Gambar 3.12. Klasifikasi Kingdom Plantae (Sumber : Simon dkk, 2013)

lumut/ Bryophyta merupakan merupakan tumbuhan yang hidup di tanah dan sangat bergantung pada ketersediaan air untuk reproduksi seksualnya.  Merupakan tumbuhan bertalus  karena tubuhnya belum memiliki akar, batang, dan daun sejati,  serta belum memiliki berkas pengangkut. Tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan atau metagenesis, yang melewati fase gametofit dan sporofit. Namun, tubuh utama pada tumbuhan lumut bersifat haploid, serta menghasilkan gamet,serta disebut gametofit, ketika tumbuhan lumut pada fase sporofit tumbuhan akan mengahasilkan spora untuk reproduksinya. Klasifikasinya terdiri dari Bryophita (lumut daun), hepaticopsida (lumut hati), dan anthocerophyta (lumut tanduk).

Tanaman Paku / Pteridophyta merupakan merupakan salah satu tumbuhan berkormus karena sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berpembulu karena sudah mempunyai jaringan/berkas pengangkut xilem yang digunakan untuk mengangkut air dan mineral dari akar ke daun dan berkas pengangkut floem, yang digunakan untuk mengangkut hasil fotosintesis ke seluh tubuh tumbuhan. Tumbuhan paku mengalami juga mengalami pergiliran keturunan/metagenesis. Pada tubuh tumbuhan paku merupakan fase sporofit, sedangkan fase gametofit berupa protalium. Pteridophyta dapat ditemukan di tempat yang sejuk, lembab, dan teduh meskipun beberapa dapat tumbuh dengan baik dalam kondisi tanah berpasir. Klasifikasi tumbuhan paku dibedakan menjadi Psilophyta(paku purba), Lycopodiophyta(paku kawat), Equisetophyta(paku ekor kuda), dan Pterophyta(Paku sejati).

Gambar 3.13. Gametofit dan Sporofit pada tanaman Lumut dan Tanaman Paku (Sumber : Simon dkk, 2013)

Tumbuhan Spermatophyta/ tumbuhan berbiji, merupakan tumbuhan yang memiliki suatu organ yang berupa biji, umumnya bersifat autotrof dan melakukan fotosintesis. Ciri-ciri dari Spermatophyta adalah sebagai berikut: (a) struktur tubuh merupakan generasi sporofit, gametofit semakin sederhana dan merupakan bagian sporofit; (b) sudah memiliki bunga; (c) memiliki biji; (d) tubuh sudah dapat dibedakan antara akar, batang, daun, bunga dan buah, serta telah memiliki xilem dan floem; (e) memiliki alat perkembangbiakkan generatif berupa strobilus (pada Gymnospermae) dan bunga (pada Angiospermae). Klasifikasinya dibedakan berdasarkan letak bakal biji, yaitu tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) dan tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae). Gymnospermae terdiri dari Pinophyta, Ginkgophyta, Cycadophyta, dan Gnetophyta.  Angiospermae terdiri dari Monocotyledonae dan Dycotyledonae.

Kingdom Animalia

Animalia/ Hewan, adalah organisme yang memakan makhluk hidup lain untuk kebutuhan makanannya. Makhluk hidup ini bersel banyak, memiliki inti sel eukariotik, tidakmemiliki dinding sel, tidak berkloroplas, makhluk heterotroph, memiliki jaringan yang menyusun sistem organ yang kompleks, umumnya dapat bergerak karena adanya kontraksi otot, dan memiliki jaringan saraf sebagai koordinasi respon terhadap rangsangan (Nugroho & Sumardi, 2004). Kingdom animalia secara umum diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu vertebrata (hewan yang memiliki notochord) dan invertebrata (hewan yang tidak memiliki notochord).

Invertebrata (Campbell & Reece, 2010) diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu 1) Porifera dikenal dengan nama spons. Porifera disebut sebagai hewan berpori dan diklasifikasikan menjadi: Calcarea, Hexactinellida, dan Demospongia; 2) Coelenterata., disebut juga sebagai hewan berongga, coelenterata diklasifikasikan menjadi Hydrozoa, Scyphozoa, Cubozoa, dan Anthozoa; 3) Plathyhelminthes atau disebut juga dengan cacing pipih. Cacing ini belum mempunyai rongga tubuh (selomata) sehingga bentuknya pipih seperti daun/pita, cacing ini diklasifikasikan menjadi Tubellaria, Monogenea, Trematoda, dan Cestoda; 4) Mollusca merupakan hewan yang bertubuh lunak, moluska diklasifikasikan menjadi Polyplacophora, Gastropoda, Bivalvia, dan Cephalopoda; 5) Annelida merupakan cacing beruas dan bersifat selomata. Tubuhnya bersegmen-segmen menyerupai cincin atau gelang, sehingga disebut juga dengan nama cacing gelang, diklasifikasikan menjadi kelompok oligochaeta, Polychaeta, dan Hirudinea; 6) Nematoda disebut juga cacing giling atau cacing benang, Hidup sebagai endoparasit pada hewan, tumbuhan, atau hidup bebas di dalam air dan tanah. Contoh dari cacing ini adalah Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duadenale, Enterobius vermicularis, Necator americanus, Wuchereria bancrofti, danTrichinella spiralis; 7)  Artropoda merupakan kelompok hewan yang memiliki tubuh beruas-ruas. Diklasifikasikan menjadi kelompok  Keliseriforma, Miriapoda, Heksapoda, dan Krustasea; 8) Echinodermata merupakan hewan laut yang berkulit berduri. Echinodermata diklasifikasikan menjadi Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea, Crinoidea, Holothuroidea, dan Concentricycloidea

Vertebrata (Campbell & Reece, 2010) diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu 1) Pisces atau ikan, merupakan hewan vertebara yang hidup di air dan bernafas dengan insang, bersifat poikilotermik, 2) Amfibhia, merupakan hewan yang hidup di habitat akuatik maupun darat. Tubuh terbagi menjadi kepala dan batang. Kulit amfibi lembab (tanpa sisik). Mata memiliki kelopak mata. Respirasi dilakukan dengan insang, paru-paru dan melalui kulit. Jenis kelamin terpisah, fertilisasi bersifat eksternal, ovipar; 3) Reptile, merupakan hewan yang bergerak merayap atau merangkak, sebagian besar adalah hewan darat dan tubuhnya ditutupi oleh kulit kering, sisik atau sisik epidermis. Reptil bersifat poikilotherms. Jenis kelamin terpisah, fertilisasi internal, dan ovipar; 4) Aves, merupakan hewan yang memiliki bulu dan sebagian besar dapat terbang. Mereka memiliki paruh, kaki depan termodifikasi menjadi sayap. Tungkai belakang umumnya memiliki sisik dan termodifikasi untuk berjalan, berenang atau menggenggam dahan pohon. Endoskeleton mengeras (bertulang) dan tulang panjang berlubang dengan rongga udara (pneumatik). Aves adalah hewan homoiothermous yaitu mampu mempertahankan suhu tubuh yang konstan. Respirasi dilakukan dengan paru-paru dan kantung udara. Jenis kelamin terpisah, fertilisasi internal, dan  ovipar; 5) Mamalia, merupakan hewan yang dapat ditemukan di berbagai habitat, di kutub, gurun, pegunungan, hutan, padang rumput, dan gua-gua gelap. Beberapa mamalia telah beradaptasi untuk terbang atau hidup di air. Ciri khas mamalia adalah memiliki kelenjar susu. Kulit mamalia memiliki keunikan dalam memiliki rambut. Bersifat homothermous, respirasi dilakukan dengan paru-paru. Jenis kelamin terpisah, fertilisasi internal, sebagian besar vivipar.

Gambar 3.13. Hewan Avertebrata (Sumber : https://satwa.foresteract.com/., 2017)

0 Komentar